Senin, 26 Desember 2016
IndexPilihanPopuler
KiniNEWS / Regional / Jawa Timur
Minggu, 25 Desember 2016 - 21:02
Siswi SMPIT Ini Rela Mundur dari Kejuaraan Karate se-Jawa Timur daripada Harus Lepas Jilbab
Auliya, Siswi SMPIT Harapan Umat, Ngaji, Jawa Timur. (Foto: Jihan Farisi)
NGAWI, kini.co.id – Sebuah keputusan tepat dan patut diapresiasi luar biasa dari seorang siswi Sekolah Menengah Pertama Terpadu (SMPIT), Harapan Umat, Ngawi, Jawa Timur.
Adalah Auliya, yang menerima perlakuan diskriminasi ketika akan mengikuti Kejuaraan Karate Se-Jawa Timur, di Gedung Olah Raga (GOR), Magetan, beberapa hari lalu.
Harapa Auliya akhrinya kandas setelah berbulan-bulan mempersiapkan latihan demi kejuaraan tersebut namun karena dilarang mengenakan jilbab dan diminta oleh juri penyelenggara untuk melepas jilbabnya jika ingin ikut kejuaraan.
Akhirnya ia pun memilih mundur mengikuti kejuaraan tersebut dari pada harus menanggalkan hijabnya.
Informasi diskriminasi juri kejuaraan Karate ini disampaikan langsung oleh Guru Aulia, Ustadz Janan Farisi melalui akun Facebook miliknya.
“Seorang juri menyuruhnya melepas jilbab, ia tak dibolehkan mengikuti pertandingan dengan jilbabnya” tulis Janan Farisi di akun Facebook pribadinya, Minggu (25/12).
Yang mengharukan menurut Janan Farisi, Auliya memilih untuk mundur dari pertandingan Karate daripada melepas jilbabnya.
Padahal penuturan Farisi, muridnya tersebut sudah berlatih dengan gigih sejak lama untuk mengikuti kejuaraan tersebut.
“Peserta yang lain, yang sebelumnya berjilbab, mulai melepas jilbabnya satu persatu. Tapi anak itu, perlahan, dengan air mata menggenang di pelupuk, ia melangkah meninggalkan arena pertandingan. Ia telah memenangkan pertandingannya, pertandingan mempertahankan izzatul Islam,” jelas Janan bercerita di status Facebooknya.
Hingga berita ini diturunkan belum ada keterangan resmi dari pihak penyelenggara Kejuaraan Karate Se-Jawa Timur terkait alasan larangan mengenakan Jilbab saat pertandingan.
Begitupun dari sejumlah pihak yang biasa berkoar-koar dimedia ketika umat lain dianggap diskriminasi, tak ada satupun yang bergeming, sungguh miris di negeri mayoritas penduduk Muslim Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar