Sabtu, 24 Desember 2016

Sejarah filsafat barat

ZAMAN KUNO

A.  Para Filsuf Alam (pra Socrates)

Filsafat  dimulai di  Yunani 6  SM. Kala  itu para filsuf mulai menanyakan
asal  mula  (arche)  alam,  karena  itu  mereka  disebut  para  filsuf  alam.
Sebelumnya  jawaban  mengenai  persoalan  alam  lebih  bersifat  mitologis..
Maka itu terjadilah pergeseran orientasi dan mitologis ke kosmologis.
Pada  jaman  ini  beberapa  filsuf  berusaha  menjawab  ‘arche’   alam.
Thales  berpendapat  unsur  hakiki  dari  semesta  adalah  air.  Anaximenes
menyebut  udaralah  arche  alam.  Berbeda  dari  keduanya,  Anaximandros
menganggap  ‘apeiron’  (sesuatu  yang  tak  terbatas)  sebagai  inti  alam.
Pythagoras  menganggap  alam  pada  hakikatnya  tersusun  dari  angka  yang
ritmis.
Sedang  persolan  alam  itu  berubah  atau  tidak,  dijawab  oleh  Herakeitos
yang  mengatakan  bahwa  alam  pada  hakikatnya  selalu  berubah,  mengalir
(pantarhei).  Sedangkan  menurut  Parmenides  alam  selalu  tetap  tidak
berubah.  Apa  yang  kita  lihat  berubah  sesungguhnya  berpindahnya  suatu
ketetapan dalam urutan peristiwa.

B.  Jaman Keemasan Yunani

Filsafat  Yunani  mencapai  puncak  pada  era  SPA  (Socrates  Plato
Aristotle).  SOCRATES  muncul  dengan  seruannya  yang  termasyhur:
‘gnothi  seauton’   (kenalilah  dirimu  sendiri).  Sejak  itu  pemikiran  filsafat  lebih
mengarah  pada  hakikat  manusia,  alias  berubah  dari  corak  kosmosentris  ke
antroposentris.  Soerates  tidak  meninggalkan  karyanya  dalam  bentuk
pustaka.,  kecuali  kemudian  nanti  ditulis  oleh  muridnya.  Karya  filsafatnya
tumbuh  melalui  kegiatan  dialog  intensif.  Dari  dialog  tersebut  terkuaklah
hakikat  keadilan,  kebenaran,  kebahagiaan  dan  sebagainya.  Metodenya
demikian  lain  disebut  ‘meiutika  tekhne’   (teknik  pembidanan),  yakni  bidan
bagi lahirnya kebenaran atau hakikat.
Cara  dialog  demikian  menyebabkan  sikap  kritis,  karena  setiap
pernyataan  diperdalam  maknanya  dengan  selalu  ditanyakan  kembali.  Ini
pulalah  yang  menyebabkan  pemerintah  setempat  menganggap  Socrates
telah  meracuni  piki ran  massa  kala  itu  hingga  harus  membayarnya  dengan
dihukum  menenggak  racun.  Ia  getol  menekankan  pentingnya  akal-budi.
Salah satu ajaran pokonya mengatakan bahwa akal-budi merupakan norma
penting  bagi  tindakan  manusia.  Kebahagiaan  seseorang  karenanya  adalah
tergantung pada baik tidaknya pengetahuan yang dimiliki.
PLATO  adalah  murid  Sokrates  yang  menuliskan  karya-karya  gurunya.
Filsafatnya  yang  terkenal  adalah  tentang  ‘dunia  ide’.  Dunia  yang
sesungguhnya  adalah  dunia  ide  yang  sifatnya  tetap  dan  abadi.  Dunia  nyata
ini  sebenannya  hanya  bayangan  dari  dunia  ide,  maka  si fatnya  maya  dan
berubah-ubah.  Manusia  sering  salah  sangka  dengan  ini,  sehingga
pengetahuannya  atas  apapun  selalu  keliru  karena  berangkat  dari  dasar
yang salah.
Filsafatnya  ia  gambarkan  dengan  “The  Story  of  the  Cave  Man”.
Filsafatnya  merupakan  jalan  tengah  antara  Heraklitos  (bahwa  segalanya
berubah)  dan  Parmenides  (segalanya  tetap).  Yang  tetap  itulah  ‘dunia  ide’,
yang berubah-ubah adalah dunia nyata ini.
Filsafat  Plato  umumnya  bersifat  khayali,  idealis.  Karyanya  amat  bisa
meliputi  logika,  epistemologi,  etika,  antropologi,  kosmologi  dan  estetika.
Bersama  Socrates  ia  mempengaruhi  Filsafat  Barat  selama  kurang-lebih
2000 tahun.
ARISTOTELES  adalah  murid  Plato  yang  menjadi  penasihat  Iskandar
Yang  Agung  (Dzul  Qornain).  la  tak  sependapat  dengan  Plato  mengenai
‘dunia  ide’.  Menurutnya  ‘dunia  ide’  bukan  di  dunia  sana  tapi  justru  ada  di
dunia  sehari-hari  kita,  yakni  berada  pada  benda-benda.  Setiap  benda,
katanya,  selalu  terdiri  hyle  (materi)  dan  morfe  (bentuk).  Meskipun  sudah
ada  materinya  (bahan),  benda  tak  kan  berwujud  bila  tak  ada  bentuknya
(morfe).  Morfe  inilah  yang  menjadi  ide  keberadaan  benda-benda.  Jadi  ia
nyata ada di dunia ini.
Pikiran  Aristoteles  dikenal sistematis  dan  mendalam.  Karyanya
meliputi  bidang  biologi.  Etika,  IPA,  metafisika,  bahasa  dan  terutama  logika.
Teori-teorinya masih dipakai sampai kini.

C.  Jaman Helenisme

Helenisme  berasal  dari  ‘hellas’   =  Yunani.  Maksudnya,  kebudayaan
Yunani  yang  membanjiri  seluruh  wilayah  kerajaan  Iskandar  Yang  Agung,
yang membentang dari India Barat hingga Mesir.
Lalu-lintas  intelektualnya  terpusat  di  Athena  (Yunani),  Alexandria
(Mesir), Antiochia (Syiria, Syam)
Kala itu ada 3aiiran filsafat yang ternama:

1.  STOISME  (Zeno,  333  SM).  Ajarannya  etis,  bahwa  manusia  akan
bahagia  bila  tindakannya  didasarkan  pada  rasio  sehat,  sesuai  akal-budinya  (rasional),  tidak  emosional.  Dalam  keadaan  ia  akan  mencapai
apa yang disebut ‘apathea (keadaan bebas, tanpa beban).

2.  EPIKURISME  (Epikuros,  341  SM).  Ajarannya  etis.  Dikatakan,  manusia
harus  memiliki  kenikmatan  sebanyak-banyaknya,  tetapi  kenikmatan
tidak  boleh  memiliki  kita.  Itulah  kebahagiaan,  yakni  sikap  bijaksana
untuk dapat membatasi diri.

3.  NEO-PLATONIS  (Plotinos,  205-270  SM),  filsuf  MESIR.  Filsafatnya
kondang  dengan  sebutan  EMANASI.  Alam,  katanya,  adalah
pendleweran atau tumpahan (emanasi) dari Yang Esa dan yang kembali
pada-Nya. Ini terjadi karena adanya ‘eros’ (kerinduan pada Ilahi).

ZAMAN PATRISTIK DAN SKOLASTIK (400 1500 M)

Ini  adalah  jaman  para  Bapa  Gereja  dan  sekolah-sekolah  biara.  Terjadi
pada  penghujung  Jaman  Kuno  dan  Abad  Pertengahan,  yang  memang
menunjukkan  kuatnya  dominasi  gereja  /  iman  kristiani.  Masa  emasnya  dicapai
pada  era  patristik  dan  skolastik,  selain  oleh  besarnya  pengaruh  dari  para  filsuf
muslim  dan  yahudi,  terutama  pada  periode  yang  mempersiapkan  Skolastik,
yaitu sekitar tahun 900 dan 1200.

a.  Zaman Patristik

Patres  (Latin)  =  Bapa  Gereja,  pater.  Dibagi  Patristik  Yunani  dan
Patristik Romawi.

-  Patristik Yunani (Patristik Timur), dengan para tokoh:
Clemen dan Alexandria (150-215)
Origenes (185-254)
Gregorius dari Naziane (330-390)
Gregorius dari Neza (3 35-394)
Basilius (330-3 79)
Dionysios Areopagita (± 500)

-  Patristik Latin (Patristik Barat), dengan tokoh:
Helarius (31 5-367)
Ambrogius (3 39-397)
Hieronymus (347-420)
Agustinus (3 54-430)
Umumnya  ajarannya  dipengaruhi  filsafat  PLOTINUS,  dengan  ciri  khas
membela  gereja  dan  serangan  orang  ‘kafir’.  Visi  filosofisnya  sama  yakni
rnenunjukkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran terdalam manusia.

b.  Zaman Skolastik

Setelah  kurang  lebih  1000  tahun  pikiran  Plotinus  mengharu-biru
blantika  filsafat,  mulailah  ia  tergesar  oleh  Aristoteles  yang  dikenalkan  oleh
para  filsuf  Islam  macam  Avecina  (980-1087),  Mamonides,  dan  terutama
Averroes  (1126-  1198)  yang  kondang  dengan  sebutan  ‘Sang  Komentator’
bagi ‘Sang Filsuf, Aristoteles.
Mengapa  disebut  Skolastik  (Bhs.  Latin:  scholasticus  =  guru)  Karena
filsafat  kala  itu  mulai  diajarkan  di  sekolah-sekolah  biara  dan  universitas
dengan kurikulum tetap.
Tokohnya  antara  lain  Thomas  Aquino  (1225-1274),  Bonaventura
(1217-  1274),  Yohanes  Duns  Scotus  (1266-1308),  Albertus  Magnus  (1200-1280).  Tema  pokok  ajaran  mengenai  hubungan  iman-akal,  eksistensi
Tuhan, antropoingi, etika, dan politik.

ZAMAN MODERN

a.  Renaissance

Dimanakan  jaman  Renaissance  (kelahiran  kembali.),  karena  kala  i tu
kebudayaan  klasik  Yunani  dan  Romawi  dihidupkan  kembali.  Kesusateraan,
seni, dan filsafat mencari inspirasi dari dan warisan Yunani-Romawi. Seperti
kita  ketahui  Abad  Tengah  telah  menenggelamkan  semangat  kreatif  yang
pernah  ditunjukkan  masa  Yunani  dan  Romawi  5  SM.  Setelah  terkubur
hampir  1000  tahun  lamanya,  orang  mulai  merindukan  kembali  semangat
Yunani.
Jaman  Renaisance  terjadi  tahun  1400  s.d  1600,  dengan  corak
antroposentnis  (mengulang  tema  klasik  ‘Gneorhi  Seauthon’   dari  Socrates,.
Tidak  lagi  kosmosentris  seperti  jaman  Patristik-skolastik  atau  theosentris
Abad  Tengah,  melainkan  perhatian  pada  manusia  terutama  aspek
rasionya.Tokoh  jamannya  adalah  N.  Macchiavell  (1469-1527),  Th.  Robbers
(1588-1679), F. Bacon(1561- 1626), Th. More (1478-1535)..
Pembaharuan  terpenting  pada  renesanse  adalah
‘antroposentrisme’nya.  Pusat  pemikiran  tidak  lagi  kosmos,  seperti  pada
jaman  Yunani  kuno,  atau  Tuhan,  seperti  dalam  Abad  Pertengahan  Eropa,
melainkan  manusia.  MuIai  saat  itu  manusialah  yang  dianggap  sebagai  titik
fokus kenyataan.

b.  Jaman Barok

Perhatian  pada  kemampuan  akal  Iebih  ditekankan.  Sebagian  besar
filsufnya  adalah  matematikus,  yang  menggunakan  matematika  sebagai
dasar filsafatnya. Diharapkan hasilnya juga pasti.
Tokohnya:

-  Rene  Descartes  (1596-1650),  filsuf  Perancis:  ‘Bapak  Filsafat  Modern’.
‘cogito ergo sum’  hasil dari metodenya: skeptis-metodis.

-  Baruh Spinoza (1632-1677), filsuf Belanda, dengan faham Panteistik.

-  George Leibniz (1646-1710).

c.  Jaman Pencerahan

Lazim pula dinamai Aufklarung (Jerman), Enlightenment (Inggris),  atau
jaman  Fajar  Budi.  Dinamakan  demikian  karna  setelah  semakin  rasional,
manusia kini sudah jadi dewasa dan tercerahkan.
Ditandai  oleh  I.  Kant  (Jerman)  dengan  semboyan  ‘Shapire  Aide!’
(beranilah  berpikir).  Dia  juga  yang  menciptakan  sintesa  dari  rasionalisme
dan empinisme, dan dianggap filsuf terpenting jaman modern.
Tokoh-tokohnya  di  lnggris  umumnya  empirisme,  seperti  J.  Lock  (1632-1704),  G.  Berkeley  (1684-1753),  D.  Flume  (1711-1776),  dan  di  Prancis    JJ.
Rousseau (1712-1778).

d.  Jaman Romantik

Filsuf  besar  jaman  ini  terutama  berasal  dari  Jerman,  yaitu  J.  Fichte
(1762-  1814),  F.  Schelling  (1775-1854),  dan  G.Hegel  (1770-1831).
Alirannya  disebut  Idealisme.  Inti  fahamnya:  yang  penting  adalah  ide-ide,
bukan  dunia  materi  sebagaimana  faham  materialisme.  Tokoh  terpenting
adalah F. Hegel, yang banyak mempengaruhi abad 19 dan 20 kemudian.

ZAMAN SEKARANG

Jika  abad  17  dan  18  Filsafat  Barat  didominir  3  aliran  besar:  rasionalisme,
empirisme,  dan  idealisme,  maka  pada  abad  19  dan  20  ini  aliran-aliran  baru
bermunculan. Beberapa aliran tersebut antara lain sebagai berikut :

- Positivisme

Tokohnya  August  Comte.  Menurutnya  pemikiran  manusia,  pemikiran
dalam  ilmu,  dan  pemikiran suku bangsa manusia  itu melewati 3 tahap: teologis,
metafisi, posi tif-ilmiah.
Bocah-bocah  dan  suku  primitif  >  butuh  dewa-dewa  untuk  menenangkan
gejaIa-gejala.
Remaja  dan  suku  yang  mulai  tidak  primitif>  sudah  tak  butuh  dewa,  tapi
prinsip yang abstrak-metafisi untuk menerangkan fenomena.
Orang  dewasa  dan  manusia  modem  >  hanya  pakai  metode  positif-ilmiah.
Positivisme (lawannya khayalan metafisis) populer di lnggris : oleh J. Stuart Mill
dan  H.  Spencer.  Abad  20  faham  ini  diperbarui  oleh  ‘lingkaran  Wina’  sebagai neopositivisme.

- Marxisme

Filsafat  tidak  boleh  hanya  memberi  interpretasi  saja,  tapi  harus
merumuskan  ideologi  yang  dapat  mengubah  dunia.  Hakikat  sesuatu  adalah
materi, yang berkembang melalui proses tesa-antitesa-sintesa.
Beberapa  konsep  penting  filsafat  Marxis  adalah  ‘Materialisme  dealektis’,
‘materialisme historis’, komunis.
Tokoh: Karl Marx dan F. Engeis.

- Eksitensialisme

Filsafat  harus  berpangkal  pada  eksistensi  manusia  yang  kongkrit  (aku,
kamu,  dia),  tidak  pada  esensi  manusia  pada  umumnya.  Manusia  pada
umumnya  itu  tak  ada,  abstrak.  Yang  ada  itu  ya  orang  ini  dan  orang  itu.  Jadi ,
esensi  seseorang  ditentukan  oIeh  selama  eksistensinya  (keberadaannya)  di
dunia. Tidak Iebih.
Tokoh: F. Nietzsche, S. Kierkegaard, K. Jespers, Heidegger, Sartre.

- Fenomenologi

Fenomen  (gejala)  dan  kenyataan  harus  dikenali  dengan  intusisi,  bukan
dengan  argumen,  konsep  atau  teori.  Fenomenologi  adalah  metode  filsafat,
bukan  ajaran  filsafat.  Banyak  berhasil  dalam  bidang  epistemologi,  psikologi,
antropologi, studi agama, dan etika.
Caranya:  gejala  yang  diamati  diabstaksir  (dilepas  si fat-sifat  yang  tak
hakiki),  maka  gejala  itu  akan  ‘berbicara’  sendiri,  dan  bahasa  itu  kita  mengerti
berkat intuisi.
Biarkan  kenyataan  itu  ‘bicara’  sendiri  jangan  memaksakan  teori  tertentu
untuk  mengenalinya.  Toh  ia  punya  hakikat  sendiri-sendiri,  Gunakan  intuisi
untuk menangkap hakikatnya.
Tokoh: F. Husserl, M. Scheler.

- Pragmatisme

Lahir  dan  terutama  berkembang  di  AS  tahun  1900.  Sesuatu  dianggap
benar  dan  baik  itu  tergantung  manfaatnya.  Kalau  ada  gunanya,  benarlah  itu,
kalau  tidak  ada  gunanya  salah  dan  buruk.  Ide-ide  tidak  bersi fat  benar  atau
salah, melainkan dibenarkan atau disalahkan oleh tindakan tertentu.  Sepeti kita
mengenal  pohon  dan  buah-buahnya,  demikian  pula  kita  mengenal  suatu
konsep  dan  konsekuensinya.  Kalau  konsekuensi  itu  baik,  maka  teori  atau
konsep  itu  baik,  karena  itu  berguna.  Terhadap  sesuatu  tidak  perlu  ditanyakan
‘apa itu’, melainkan ‘apa gunanya’ atau untuk apa’.
Tokoh: W. James (1842-1920), J. Dewey (1859-1914)..
Neo-Kantianismc dan neo-tomismc
Beberapa  aliran  filsafat  periode  terdahulu  lahir  kembali,  yaitu  skolastik,
filsafat  Kant,  dan  filsafat  Hegel.  Yang  terpenting  adalah  Neo-Kantianisme  dan
Neo-Tomisme.
Neo-Kantianisme berkembang di Jerman. Dalam aliran ini filsafat dianggap
sebagai epistemologi dan kritik ilmu pengetahuan. Tokohnya E. Cassirer (1874-1945), Hegel. Rickert (1863-1936), dan H. Vaihinger (1852-1933).

- Neo-Tomisme  berkembang  di  negara-negara  Katolik  Eropa  dan  Amerika.
Mula-mula  konservativ,  tetapi  berkat  pengaruh  filsafat  Kant,  dengan
eksistensialisme  dan  ilmu  pengetahuan  modern  menjadi  aliran  penting  dan
berpengaruh.
Tokohnya  J.  Marechal  S.J  (1872-1944),  A.  Sertilianges  (1863-1948),  dan
J. Maritain (1882-1973).
Filsafat Analitis (analitic philosophy, linguage philosophy)
Berkembang  di  Inggris  dan  AS.  Menurutnya tugas  filsafat  adalah
menyelidiki  ‘language  game’ ,  menunjukkan  aturannya,  menetapkan  logikanya
dsb.
Masalah-masalah  flisafat,  teologi  dan  sains  sering  timbul  karena
penggunaan  bahasa  yang  tak  benar  (rumit,  bertele-teel  dsb).  Dengan  analisa
bahasa  dapat  ditunjukkan  semua  itu  karena  penggunaan  bahasa  yang  tak
sehat.
Tokoh: L. Wittgenstein (1889-1951).
Strukturalisme
Setiap  hal  tensusun  oleh  ‘pola-pola  dasar  yang  tetap’  (pattern).  Filsafat
menyelidiki  ‘pattern’  itu,  meliputi  filsafat,  gejala  agama,  psikiatri,  politikologi,
budaya, dan seni.
Tokoh : Levi – strauss, J. Lacan, M. Foucault.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar