A. Sejarah Filsafat India
Filsafat India mengusung keyakinan akan kesatuan fundamental antara manusia (individu) dengan alam (kosmos). Dengan demikian, tidaklah mustahil jika filsafat India bisa menjadi solusi bagi krisis spiritual dan alam saat ini. Menurut filsafat India, harmoni yang terjalin akan mengantarkan seseorang menjadi waskita (arif bijaksana) terhadap hidup. Tidak terasing dari kehidupan dunia (alam semesta) dan mampu beramah-tamah dengan semua benda di sekelilingnya. Bagaikan bersahabat dengan gemericiknya air, kesuburan tanah yang menumbuhkan segalanya, dan sinar matahari yang menghangatkan semesta raya.
Pembagian Lima Periode Dalam Filsafat India
Berikut merupakan babakan perkembangan filsafat India yang terjadi selama lima periode besar itu yakni, zaman Weda, zaman Skeptisisme, zaman Puranis, zaman Muslim, zaman Modern:
1. Zaman Weda (2000 - 600 SM)
Filsafat India dimulai sejak bangsa Arya masuk ke India dari utara sekitar tahun 1500 SM. Literatur suci mereka disebut Weda, yang terdiri dari Samhita, Brahmana, Aranyaka, dan Upanisad. Samhita memuat Rigweda (kumpulan pujian-pujian), Samaweda (himne-himne liturgis), Yajurweda (rumus-rumus korban), dan Artharwaweda (rumus-rumus magis). Brahmana, Aranyaka, dan Upanisad memuat komentar-komentar pada semua literatur. Upanisad merupakan yang terpenting dari filsafat India yang sepanjang sejarah merupakan sumber yang sangat kaya untuk inspirasi dan pembaharuan. Tema yang menonjol untuk Upanisad adalah ajaran tentang hubungan Atman dan Brahman. Atman adalah segi subjektif dari kenyataan, “diri” manusia. Sedangkan Brahman adalah segi objektif, makrokosmos, alam semesta. Upanisad mengajarkan bahwa Atman dan Brahman memang sama dan bahwa manusia mencapai keselamatan (moksa, mukti) kalau ia menyadari identitas Atman dan Brahman.
2. Zaman Skeptisisme (600 SM – 300 M)
Sekitar tahun 600 SM mulai suatu reaksi baik terhadap ritualisme imam-imam maupun terhadap spekulasi hubungan dengan korban para rahib. Para imam mengajarkan ketaatan pada kitab suci, tetapi para rahib mengajarkan suatu metafisika di mana ketaatan ini mengganggu kebaktian kepada dewa-dewa. Reaksi ini datang dalam berbagai bentuk. Tetapi yang terpenting diantaranya adalah Buddhisme ajaran dari Gautama Buddha, yang memberi pedoman praktis untuk mencapai keselamatan dan mengajarkan secara nyata bagaimana manusia dapat mengurangi pemderitaannya dan bagaimana ia mencapai terang budi yang membawa keselamatan. Reaksi lain adalah kebaktian yang lebih eksklusif kepada Siwa dan Wisnu dan juga Jainisme dari Mahawira Jina. Keduanya merupakan bentuk agama yang menarik daripada ritualisme dan spekulasi dari imam dan para rahib. Sebagai kontra-reformasi muncullah Hinduisme resmi enam sekolah ortodoks (disebut ortodoks karena Buddhisme dan Jainisme yang tidak berdasarkan Weda dianggap bid’ah). Sekolah itu adalah Saddharsana (Nyaya, Waisesika, Samkhya, Yoga, Purwa-Mimamsa, dan Ynana). Adalah yang terpenting dari sekolah itu adalah Samkhya (artinya jumlah) dan Yoga (dari kata “juj”, menghubungkan). Yoga mengajarkan suatu jalan (marga) untuk mencapai kesatuan dengan ilahi. Samkhya mengajarkan sebagai tema terpenting hubungan alam-jiwa dan kesadaran-materi.
3. Zaman Puranis (300 – 1200)
Setelah tahun 300, Buddhisme mulai lenyap dari India. Pemikiran India dalam abad pertengahan dikuasai oleh spekulasi teologis, terutama mengenai inkarnasi dewa-dewa. Contoh cerita tentang inkarnasi dewa-dewa terdapat dalam dua epos besar, Mahabharata dan Ramayana.
4. Zaman Muslim (1200 – 1757)
Dua nama yang menonjol dalam periode muslim yaitu Kabir (pengarang syair) yang mencoba mengembangkan suatu agama universal dan Guru Nanak (pendiri aliran Sikh) yang mencoba menyerasikan Islam dan Hinduisme.
5. Zaman Modern (setelah 1757)
Zaman modern adalah zaman pengaruh Inggris di India mulai tahun 1757. Periode ini memperlihatkan kembali nilai-nilai klasik India, bersama dengan pembaharuan sosial. Nama penting dalam periode ini adalah Raja Ram Mohan Roy (1772-1833) yang mengajarkan monoteisme berdasarkan Upanisad dan suatu moral berdasarkan Khotbah di Bukit dari Injil, Vivekananda (1863-1902) yang mengajarkan semua agama benar tetapi agama Hindu paling cocok di India, Gandi (1869-1948), dan Rabindranath Tagore (1861-1941) sang pengarang syair dan penmikir religius yang membuka pintu untuk ide-ide luar. Sejumlah pemikir India zaman sekarang melihat banyak kemungkinan untuk dialog antara filsafat Timur dan filsafat Barat. Radhakrishnan (1888-1975) mengusulkan pembongkaran batas-batas ideologis untuk mencapai suatu sinkretisme hindu-kristiani, yang dapat berguna sebagai pola berpikir masa depan seluruh dunia. Pemikir-pemikir lain tidak begitu optimis dengan kemungkinan ini. Menurut mereka, perbedaan antara corak berpikir Timur dan Barat terlalu besar untuk mengadakan suatu interaksi, dalam arti “saling melengkapi”. Filsafat India dapat belajar dari rasionalisme dan positivisme Barat. Filsafat Barat dapat belajar dari intuisi Timur mengenai kesatuan dalam kosmos dan mengenal identitas mikrokosmos. Mungkin, filsafat Barat terlalu duniawi sedangkan filsafat Timur terlalu mistik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar